Hakikat Idul Fitri Dan Lebaran

Seorang anak, sedang mengobrol dengan ayahnya ketika hari Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi.

“Ayah, apakah hari raya Idul Fitri itu?” tanyanya dengan wajah polos dan lugunya

“Apakah Idul Fitri itu, setiap orang harus punya pakaian baru, sendal baru, dan segala sesuatu yang baru?” lanjutnya dengan masih menampakkan wajah polosnya khas anak-anak.

Menghadapi pertanyaan yang menyerbu dirinya, sang Ayah hanya menghela napas panjang. Seraya menyunggingkan senyuman manis di wajahnya. Ditatapnya dengan lekat, wajah anak lelaki semata wayangnya itu.

“Ketahuilah, Anakku. Banyak orang yang salah dalam mengartikan hari raya yang sesungguhnya,” jawab sang ayah dengan masih tetap tersenyum.

“Mengapa bisa begitu, Ayah?” Kini, anaknya semakin bingung.

“Begini, Nak. Kebanyakan orang menganggap Ied itu berdasarkan penampilan saja. Padahal, makna ied yang sesungguhnya lebih dari itu, Anakku” jelas sang Ayah.

“Ketahuilah, Anakku. Ibnu Rajab pernah berkata, ‘(Kebahagiaan) Ied, bukanlah untuk siapa saja yang memakai baju baru. Tapi (kebahagiaan) ied itu diperuntukkan bagi siapa saja yang bertambah ketaatannya.

(Kebahagiaan) Ied, bukanlah untuk siapa saja yang memperindah pakaian dan kendaraan nya, akan tetapi (kebahagiaan) ied itu bagi siapa saja yang diampuni dosa-dosanya.

Lebaran berasal dari akar kata lebar yang maknanya tentu agar di hari raya kita harus berdada lebar (lapang dada). Sifat lapang dada untuk meminta dan sekaligus memberi maaf (al-‘afwu: menghapus, yakni menghapus kesalahan) kepada sesama.

Sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan khilaf, maka saatnya kita menyadari kesalahan dan berusaha kembali ke fitrah dengan cara memperbaiki hubungan sesama (human relations) secara baik.

Hari raya Idul Fitri merupakan momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah) dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik (hablum minnannas). Dengan begitu, terbentuklah garis plus tanda positif (+) dari persinggungan antara yang vertikal dan horizontal tadi.

Penulis : Ardhan Ardiyana, S.Pd ( Guru Geografi SMA ITUS )

By febri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.