Mencegah Dekadensi Moral Anak

Menghadapi era milenial, menuntut orang tua untuk lebih intens memperhatikan pola perilaku anak dan lebih waspada terhadap pergaulan di luar rumah. Anak di usia pertumbuhan (puber) memiliki daya penasaran tinggi terhadap fenomena lingkungannya. Anak dapat dianalogikan sebagai kertas putih yang mudah di masuki oleh berbagai macam warna. Dari itu, dalam membina anak selain di ruang keluarga sendiri, juga besar pengaruhnya  dilingkungan luar rumah. Sebab tidak sedikit generasi anak terpengaruh dunia luar yang bebas dan minim kontrol.

Dalam upaya mencegah timbulnya benih kenakalan pada anak, salah satu solusi terbaik adalah memupuk nilai-nilai agama, membentuk karakter yang baik anak sedari dini. Maka anak memiliki pondasi iman yang kokoh guna bekal dirinya sebagai penuntun hidup dimasa yang akan datang.

Anak yang dibina dengan baik oleh orang tuanya, kelak akan menjadi cerminan diri setelah tumbuh dewasa. Jika memelihara dan mengarahkannya pada hal yang baik, maka hasilnya pun akan baik. Namun apabila orang tua membiarkannya bahkan acuh terhadap prilaku yang menyimpang pada anak, maka tidak mustahil hasil kehidupannya pun akan buruk dikemudian hari, mudah membangkang, kurang menghormati, terseret pergaulan bebas dan lain-lain.

Setidaknya ada tiga unsur proses internalisasi dalam mengembangkan kualitas anak, diantaranya :

1). Menanamkan nilai agama (morality)

2). Membekali ilmu (knowledge)

3). Cinta nasionalisme (patriotik)

Pertama, agama sebagai wadah pembentukan karakter yang baik dan dominan. Di dalam agama mengandung nilai spiritual dalam membentuk akhlak terpuji. Peran spiritual ini dapat memberi kekuatan kepada seseorang untuk bersikap adil, berlaku sabar dan tawakal terhadap berbagai macam  permasalahan hidup sehingga mampu mengontrol jiwa dari nafsu negatif.

Adapun nilai akhlak yang muncul dari ajaran agama membantu anak untuk berlaku baik terhadap sesama. Membentuk moralitas diri saling menghormati dan menghargai hidup. Peran akhlak di sini sangat penting dan utama bagi anak di usia produktif agar terarah dan berhati-hati dalam memilih teman, tidak mudah terpengaruh dan terhindar dari kontaminasi hal-hal buruk.

Kedua ilmu, ilmu merupakan kunci pembuka gerbang pengetahuan, mendapatkan ilmu adalah cara agar anak terarah dan memiliki tujuan hidup.

Manfaat ilmu pengetahuan tidak hanya untuk kepentingan duniawi saja namun juga untuk kepentingan akhirat. Begitu pentingnya mencari ilmu dalam hadist dikatakan :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

 “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat”

Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi kita semua selaku umat muslim, bahkan untuk semuanya. Seseorang yang menguasai ilmu, maka ia mampu berfikir kedepan, mampu mengontrol diri dan bisa membedakan mana yang baik dan buruk, tentunya dibarengi dengan nilai akhlak. Apabila anak sering ditempa dengan ilmu kebaikan sejak kecil,  maka kehidupan anak tersebut akan terarah dengan baik.

Ilmu disini bersifat dinamis menyesuaikan dengan perkembangan zaman, demi menambah kualitas hidup yang lebih baik, dari itu penting anak untuk dibekali ilmu pengetahuan yang positif agar memiliki bekal hidup yang bergenerasi.

Ketiga cinta nasionalisme, mencintai negara sama dengan menghargai bangsanya, mencintai negara adalah proses belajar dalam menghadapi hidup yang beragam, beraneka suku dan berbeda agama.

Ada pribahasa “dimana kaki berpijak disana bumi dijunjung” ini sebagai pengingat bahwa kita lahir dan tumbuh dewasa ditanah air yang wajib untuk dijaga, sehingga akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaganya, sebab disitulah kita bisa hidup dan sepantasnya untuk disyukuri.

Pengaruh globalisasi era modern begitu kontras dan cepat, hal ini mampu melemahkan rasa nasionalisme dan bahkan lupa menghargai budaya bangsa sendiri. Sasaran paling rentan adalah anak usia remaja. Mereka mudah sekali tertarik dengan budaya luar yang hedonis, dari segi berpakaian, jenis makanan maupun pergaulan hidup. Maka pentingnya pengawasan pada anak agar tidak larut dalam pergaulan diluar rumah,  dengan pendidikan kewarganegaraan itu sendiri dapat mengajarkan anak untuk lebih disiplin dan tanggung jawab dalam memelihara budaya bangsa, menghargai sesama, berprilaku santun halnya masyarakat nusantara dan semangat berprestasi untuk negeri sehingga mampu bersaing dengan negara lainnya.

Dengan itu, anak setelah dibekali dengan berbagai ilmu dan bakti pada negeri, maka setelah tumbuh dewasa ia tidak lupa dengan tanah kelahirannya yaitu Indonesia meskipun kelak sukses di luar negri. Jika berprestasi, ia akan mengharumkan dengan prestasinya. Jika menjadi negarawan ia akan memajukan dengan  ilmunya.

Penulis : Suhendra, S. Ud ( Pembimbing Asrama ITUS )

By febri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.